09 Desember 2009

DRAFT RENCANA PENELITIAN

Judul: HUBUNGAN WARNA PITA PADA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) DENGAN CARA PENIMBANGAN, PENYAKIT PENYERTA 3 BULAN TERAKHIR DAN SOSIAL EKONOMI ORANGTUA BALITA DI PUSKESMAS PANARUNG PERIODE PENIMBANGAN POSYANDU BULAN NOVEMBER 2009-JANUARI 2010
Oleh: dr.Dina Elizabeth Sinaga, dr.Arieta Kawengian,SpA
Kata kunci: KMS, warna pita, penimbangan
Latar belakang : Disadari secara luas bahwa krisis ekonomi berdampak negatif pada status kesehatan masyarakat, akan tetapi bukti nyata secara statistik masih perlu dikaji agar tidak terjadi kontradiksi. Kenyataannya kajian perubahan morbiditas dan mortalitas pada penduduk masih dilakukan terus menerus. Diperlukan informasi data kesehatan dengan kualitas yang baik dari sistem pelayanan kesehatan dan juga survei lainnya. Gizi berhubungan dengan makanan dan kesehatan. Salah satu golongan umur yang rawan akan masalah gizi adalah Balita. Gizi pada Balita sangat penting untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, sehingga perlu pemantauan dan pemenuhan gizi yang baik.

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).
Berdasarkan hasil survey riset kesehatan dasar yang dilakukan pemerintah pusat pada tahun 2006 dan 2007, pelayanan kesehatan di Kalimantan Tengah (Kalteng), terburuk ke lima se-Indonesia.
"Survey riset kesehatan dasar Departemen Kesehatan pada waktu itu dilakukan secara acak di sejumlah daerah di Kalteng,". yang menjadi tolak ukur survey riset kesehatan dasar tersebut adalah program pelayanan imunisasi dan pemberian gizi terhadap anak bawah lima tahun (Balita).
Secara umum di prov kalteng, prevalensi gizi buruk 8,2% dan gizi kurang 17,0% gizi buruk dan kurang 25,2%, sedang di Indonesia masing-masing 5,4%; 13,0% dan 18,4%. Berarti melebihi target yang seharusnya. Angka-angka ini diperoleh dengan melakukan pengukuran BB/TB pada balita. BB/TB merupakan indicator yang paling baik untuk mengetahui status gizi anak, tetapi sulit manggambarkan status gizi anak sesaat. Padahal, awal dari terjadinya gizi buruk adalah penurunan berat badan atau tidak bertambahnya berat badan balita 3 bulan berturut-turut. Sehingga akan sangat efektif mendeteksinya dengan menggunakan KMS. Melalui KMS kita juga dapat mengetahui penyakit-penyakit akut pada balita yang sering menyebabkan penurunan BB, yang paling sering adalah campak, ISPA, dan diare.
Cara penimbangan yang kurang tepat oleh tenaga kesehatan, juga akan banyak mempengaruhi hasil pengukuran, disamping alat yang tidak terkalibrasi dengan baik. Menurut Satoto dkk (2002) bahwa tingkat presisi dan akurasi para kader posyandu masih rendah. Hal tersebut berdasarkan penelitian di 72 posyandu di Jawa Barat dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa hanya 30% kegiatan posyandu dilaksanakan dengan benar, 90% kader membuat kesalahan dalam penimbangan dan pencatatan sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan, presisi dan akurasi data penimbangan masih rendah. Selain itu, berdasarkan penelitian UNICEF (2002) bahwa tingkat presisi kader dalam menimbang hanya 39% dan tingkat akurasinya hanya 3 %. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh Imam Firyadi S.Sos pada 20 posyandu dari 27 posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 pada awal bulan Juni 2006, terutama di posyandu yang sudah pernah mengikuti program pelatihan kader posyandu yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tanjung Pinang dimana ditemukan beberapa fakta sebagai berikut:
1. cara penimbangan balita di posyandu tidak dilakukan sesuai petunjuk mengenai cara penimbangan yang benar, dimana hampir semua Posyandu melakukan kesalahan dalam penimbangan (misalnya, angka timbangan tidak di nolkan terlebih dahulu).
2. Buku-buku laporan posyandu tidak diisi dengan benar (lebih dari separuh posyandu).
3. Balok (SKDN), S : Jumlah balita di wilayah posyandu, K : Jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat, D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang di posyandu, N : Jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya, di Posyandu lebih dari 60% tidak dibuat.
Selain itu, balita BGM juga sangat dipengaruhi oleh keadaan social ekonomi orangtua, dimana balita tersebut tinggal, dan juga penyakit yang menyertai balita.
Melihat fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, karena gizi buruk dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini balita BGM melalui evaluasi warna pita KMS.
Tempat penelitian: posyandu yang termasuk dalam wilayah puskesmas Panarung, Palangka Raya. Puskesmas ini mempunyai 26 posyandu yang semuanya aktif berjalan. Puskesmas ini juga mencakup wilayah masyarakat dengan keadaan social ekonomi yang majemuk, sehingga diharapkan dapat menggambarkan keadaan wilayah setempat. Selain itu, peneliti mempunyai keterbatasan waktu karena penelitian ini dikerjakan sambil bekerja di instansi lain, sehingga membutuhkan puskesmas yang dapat terjangkau dengan mudah oleh peneliti, agar dapat memudahkan dalam pengumpulan data.
Rumusan masalah umum: Adakah hubungan warna pita KMS dengan cara penimbangan, penyakit penyerta 3 bulan terakhir dan social ekonomi orangtua pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
Rumusan masalah khusus:
1. Adakah hubungan warna pita KMS dengan 9 cara penimbangan yang benar pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
2. Adakah hubungan warna pita KMS dengan penyakit campak 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
3. Adakah hubungan warna pita KMS dengan penyakit ISPA 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
4. Adakah hubungan warna pita KMS dengan penyakit diare 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
5. Adakah hubungan warna pita KMS dengan pendidikan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
6. Adakah hubungan warna pita KMS dengan pekerjaan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
7. Adakah hubungan warna pita KMS dengan jumlah anggota keluarga balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?

Hipotesa:
1. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan 9 cara penimbangan yang benar pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
2. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan penyakit campak 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
3. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan penyakit ISPA 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
4. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan penyakit diare 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
5. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan pendidikan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
6. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan pekerjaan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
7. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan jumlah anggota keluarga balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010

Tujuan umum: untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan cara penimbangan, penyakit penyerta 3 bulan terakhir dan social ekonomi orangtua pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan 9 cara penimbangan yang benar pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
2. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan penyakit campak 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
3. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan penyakit ISPA 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
4. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan penyakit diare 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
5. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan pendidikan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
6. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan pekerjaan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
7. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan jumlah anggota keluarga balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
Waktu penelitian: bulan desember 2009-januari 2010

Metode: jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini diambil secara acak, semua balita yang datang ke posyandu yang mempunyai KMS dan sudah melakukan penimbangan rutin selama 3 bulan berturut-turut terhitung minimal mulai bulan November 2009 sampai dengan januari 2010. Data diperoleh secara sekunder dan primer, melalui metode dokumentasi, wawancara, dan pengamatan cara penimbangan balita.

Criteria inklusi:
1. Orangtua yang bersedia menjadi obyek penelitian
2. semua balita yang mempunyai KMS yang datang ke posyandu wilayah PKM Panarung, dan mempunyai catatan KMS sejak bulan November 2009
kriteria eksklusi:
1. orangtua menolak menjadi obyek penelitian
2. balita yang tidak/belum memiliki catatan KMS sejak November 2009
3. balita yang datang penimbangan ke posyandu tetapi berasal dari luar wilayah PKM Panarung

Analisis data:
1. Analisis univariat: menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable. Data dideskripsikan dalam bentuk grafik, table dan narasi
2. Analisis bivariat: digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua variable, menggunakan uji Chi-square
Variable bebas: cara penimbangan(menggunakan 9 langkah penimbangan yang benar atau tidak), penyakit penyerta(campak, ISPA, diare), social ekonomi(pendidikan, penghasilan per bulan, jumlah anak dalam keluarga)
Variable tergantung: warna pita KMS(di bawah garis merah atau di atas garis merah)

10 Oktober 2009

KONAS PERINASIA X 3-7 NOVEMBER DI BALIKPAPAN EUY....!!!!!!!

20 Mei 2009

hahahaha..lucu bgt ni gambar

18 April 2009

SARI PEDIATRI EDISI JUNI 2008

Penggunaan Antibiotik secara Bijak untuk mengurangi resistensi antibiotic, studi intervensi di bagian kesehatan anak RS dr.Kariadi
Metode : one group pretest and post test
Kesimpulan : pelatihan yang efektif dapat meningkatkan kualitas penggunaan antibiotic.
Bayi dan anak lebih sering sakitsehingga lebih beresiko mendapatkan antibiotic yang kurang tepat. Kekhawatiran tidak dapat membedakan infeksi bacterial dari sebab lain demam merupakan alasan utama dokter memberikan antibiotic pada hamper semua anak demam.
Masalah terbesar dalam penggunaan antibiotic ternyata bukanlah kesalahan dalam menentukan dosis, lama pemberian, atau jenis antibiotic, melainkan pada hal yang mendasar, yaitu pengenalan ada tidaknya indikasi pemberian antibiotic.
Menurut Pomeranz AJ dkk, alasan yang benar untuk memberikan antibiotic pada kasus demam adalah ada tidaknya risiko tinggi infeksi bacterial berat atau derajat berat penyakit (menurut criteria Yale), ada tidaknya focus infeksi bacterial (meningitis, otitis media, pneumonia, GE bacterial, ISK, infeksi kulit) (menurut criteria Rochester), serta usia kurang dari 3 bulan.
Pada pasien pediatric, umur merupakan salah satu pertimbangan untuk memberikan antibiotic. Beberapa senter pelayanan kesehatan menyarankan pemberian antibiotic empiric dalam 3 hari pertama bila pasien demam berusia kurang dari 2-3 bulan, karena pada usia tersebut, adanya focus infeksi atau pun tanda-tanda infeksi bacterial yang berat (serious bacterial infection / SBI) masih sulit terdeteksi, padahal risiko SBI pada usia tersebut dukup besar. Pada kasus pneumonia dan SRPS terjadi penurunan skor yang bermakna akibat penggunaan kombinasi antibiotic sefotaksim dan kloramfenikol. Panduan dari sub bagian pulmonologi menetapkan bahwa antibiotic terpilih pada pneumonia sebelum ada hasil biakan adalah kombinasi ampisilin-kloramfenikol bila pasien berusia lebih dari 3 bulan, karena penyebab terbanyak pneumonia pada usia tersebut adalah H.influenza dan S.pneumoniae.
Beberapa dokter dalam penelitian ini mengganti ampisilin dengan sefotaksim karena kasus dianggap berat, sehingga kombinasi terapi menjadi sefotaksim dan kloramfenikol, dengan harapan mendapatkan efek terapeutik yang lebih baik. Padahal kedua obat ini justru bersifat antagonistic. Kombinasi kloramfenikol (bakteriostatik) dengan sefotaksim (bakterisid) justru mengurangi/menghilangkan efektifitas sefotaksim, menyebabkan problem resistensi (selective pressure) lebih besar, biaya lebih mahal, dan lebih toksik. Terapi sefotaksim atau kloramfenikol saja, atau benzyl penisilin-gentamisin pada kasus-kasus pneumonia berat akan lebih tepat daripada kombinasi sefotaksim dengan kloramfenikol. Bila curiga telah terjadi resistensi penisilin, WHO merekomendasikan mengganti ampisilin dengan golongan penisilin-resisten terhadap-betalaktamase (misalnya gol.kloksasilin), atau kombinasi gol.penisilin dengan antibetalaktamase (sulbaktam,klavulanat) bukan dengan sefotaksim.
PAEDIATRICA INDONESIANA EDISI SEPTEMBER 2007

Treatment of Intestinal Helminthiasis : Mebendazole only or Mebendazole – Pyrantel Pamoate?
Methode : RCT
Conclusion : a single dose of mebendazole is preffered for mass treatment of multiple intestinal helminthiasis infections.
In conclusion, treating intestinal helminthiasis by combination of single dose pyrantel pamoate 10mg/BW followed by mebendazole 2x100mg for 3 consecutive days eliminates intestinal helminth faster compared to that by single dose 500mg mebendazole only. However there is no significant difference of cure rate of intestinal helminthiasis between both combination and single dose mebendazole, suggesting that a single dose of mebendazole is preffered for mass treatment of multiple helminth infections.

Benefits of Domperidone in ambulatory acute diarrhea with severe vomiting
Methode : RCT
Conclusion : domperidone significantly shortened the duration and decreased the frequency of vomiting in DD cases
Domperidone is a derivate of benzimidazole, a dopamine antagonist, which has prokinetic and antiemetic effects. Domperidone is not a lipophilic substance, and can not enter the blood brain barrier, so has minimal extrapyramidal side effects.

26 Maret 2009

senang banget ya ngeliat senyum anak2 ini, tak ada kesedihan atau beban diwajah mereka:)

22 Maret 2009



Perlukah kita selalu menuruti anak2 kita??sudah berapa banyak mainan digudang,yang hanya digunakan anak2 kita 1 atau 2 kali??sementara mungkin anak tetangga kita tidak punya banyak pilihan


VAKSIN IMUNISASI

Seputar indonesia sore ini : Menkes mengatakan bahwa diantara 15 vaksin yg beredar diIndonesia, hanya 4 vaksin yang wajib dilakukan yaitu BCG,campak,polio, dan DPT, sedangkan 11 vaksin lainnya belum terbukti keuntungannya, diduga beredar karena muatan politik. Imunisasi hepatitis pada bayi kurang dari satu bulan dianggap tidak terlalu utama, karena angka kejadian ibu yang terkena hepatitis pada saat hamil rendah, jadi tidak terlalu penting diberikan pada saat lahir. Nah loooo....???? yang sudah terbukti manfaatnya dan menurunkan angka kematian akibat penyakit yang bersangkutan adalah BCG, campak, polio dan difteri.

21 Maret 2009

kalo infrastruktur terus2an seperti ini,bagaimana pelayanan kesehatan bisa sampai dengan mudah ke daerah terpencil???
Di rumah pasti kita sering menggunakan Vicks VapoRub bukan? Kehangatan dan aromanya yang lembut dapat memberikan efek kenyamanan dan kelegaan. Tetapi tau kah kita?bahwa ternyata produk ini bisa membahayakan bagi anak kita. Tim peneliti Wake Forest University School of Medicine, Winston-Salem, North Carolina, melaporkan bahwa obat topical popular yang dijual bebas yang biasanya digunakan untuk mengobati flu, dapat memperparah produksi mucus dan inflamasi saluran napas pada bayi dan anak kecil. Vicks VapoRub tidak dianjurkan untuk dimasukan atau diusapkan sekitar lubang hidung orang dewasa maupun anak, dan jangan pernah digunakan untuk anak usia < 2 tahun. Tim peneliti ini menyelidiki efek obat ini terhadap system saluran napas binatang ferret, yang mempunyai anatomi saluran napas dan komposisi seluler mirip dengan manusia.
Disimpulkan bahwa zat aktif Vicks VapoRub bersifat siliotoksik dan menimbulkan inflamasi ringan, meningkatkan sekresi mucus, serta menurunkan klirens mucus. Karena itu dapat terjadi obstruksi mucus pada cabang saluran napas kecil dan meningkatkan tahanan nasal. ‘American Cllege of Chest Physicians’ melarang penggunaan obat bebas ini yang digunakan pada bayi dan anak kecil untuk mengobati flu.
Mungkin mekanisme ini sama dengan larangan penggunaan mukolitik dan antihistamin pada anak dengan asma, karena dapat meningkatkan sekresi mucus, dan reflex batuk pada anak yang belum baik menyebabkan sulitnya anak mengeluarkan secret yang telah cair, sehingga malah menyebabkan obstruksi pada saluran napas.
Co-Amoxiclav suspensi generic

Morton Grove Pharmaceuticals yang merupakan anak perusahaan Wockhardt Ltd. Telah mendapat persetujuan FDA untuk memasarkan Co-Amoxiclav suspensi generic untuk pasien anak di Amerika Serikat.
Obat ini diindikasikan untuk mengobati berbagai infeksi yang banyak ditemukan, terutama pada anak-anak. Perusahaan farmasi ini merencanakan memasarkan obat ini pada kuartal pertama tahun 2009.
Meskipun Coartem telah disetujui di berbagai Negara sebagai obat malaria sejak tahun 1998, tetapi panel ahli menyatakan kurangnya data untuk digunakan pada anak-anak, perempuan hamil atau menyusui, dan orang usia lanjut. Hal yang mengkhawatirkan pada anak-anak adalah timbulnya efek samping muntah, diare, batuk, sehingga diperlukan data lebih lanjut.
(Jounal of the American Medical)
Association 2009; 301: 175-182


Dosis tinggi DHA diduga membantu perkembangan system saraf bayi preterm perempuan
Dalam studi suplemen diet DHA (docosahexanoic acid) yang diberikan secara dini pada bayi sebelum usia kehamilan 33 minggu, maka DHA meningkatkan skor MDI (Mental Development Index) Bayley pada balita perempuan usia 18 bulan, tetapi tidak terjadi pada balita laki-laki.
Dr.Maria Makrides dkk, dari Women’s and Children’s Hospital North Adelaide, menyatakan bahwa asam lemak ganda tidak jenuh rantai panjang n-3 yaitu DHA, merupakan lipid utama dalam otak dengan peran structural dan fungsional spesifik. Pertambahan DHA ke dalam otak dan system saraf paling tinggi terjadi selama trimester akhir kehamilan.
Pada studi multisenter dengan randomisasi ini, sebagian ibu menyusui diberi 6 kapsul minyak ikan tuna yang mengandung 500mg DHA sehari, guna mencapai kadar DHA dalam air susu sebanyak 1% dari asam lemak total. Jika bayi diberi susu formula, maka susu ini akan ditambahkan DHA sehingga kadarnya mencapai 1%.
Secara keseluruhan, skor MDI pada usia 18 bulan adalah 99,1 pada anak perempuan yang diberi DHA tinggi dan 94,4 pada kelompok diet standar. Perbedaan rata-ratanya adalah 4,5 (p=0,03). Pada anak laki-laki, skor pada usia tersebut adalah 91,3 dan 91,9, dengan perbedaan rata-rata – 1,0 (p=0,60)
Analisis post-hoc menunjukkan bahwa lebih sedikit bayi yang secara bermakna mengalami perkembangan mental tertunda dengan diet DHA tinggi, disbanding DHA standar. Meskipun demikian, tidak ada perbedaan bermakna di antara anak perempuan dan laki-laki pada skor Psychomotor Development Indexnya.

20 Maret 2009

Dalam kalteng pos hari ini ada sebuah artikel yg membahas bhwa betapa srngnya seorang dokter anak melakukan pembodohan pd pasien. Apa yg mrka lakukan??
Tentu srng kita mendgr istlah “flek paru”. Istilah flek paru seringkali digunakan seorang dokter,bhkan dokter spesialis anak, untuk menyatakan bhwa anak tersebut terkena TB paru. Seolah-olah istlah TB paru memang merupakan suatu penyakit yg memalukan shg hrs diganti dgn istlah flek paru. Kebnyakan orangtua pasien tdk mngerti bhwa anaknya yg dikatakan terkena flek paru tsb adl TB paru, karena keluarga biasanya sulit menerima jika dikatakan anaknya terkena TB paru/TBC. Mrka hanya mengerti bhwa anaknya diberi obat yg menyebabkan kencing berwrna merah, yg berarti mendpt terapi Rifampisin, sbg terapi utk TB paru. Shg dgn seringnya digunakan istlah flek paru ini, masyarakat mjd tdk mengerti bhwa berbahayanya penyakit ini dan membutuhkan pengobatan rutin selama min 6 bln. Jd prcuma saja dipromosikan ttg TB paru, la wong dokternya saja mengatakan “flek paru”, tentu masyarakat tdk akan prnah mengerti, shg tjdlah ‘drop out’ terapi.
Skrng begitu mudahnya seorng dokter umum,bhkan dokter spesialis utk menyatakan bhwa seorng anak terkena TB paru/flek paru. Pdhl seperti yg kita tahu, begitu sulitnya menegakkan diagnose penyakit ini pada anak, krn gold standard pemeriksaan BTA sputum pd anak sulit utk dilakukan, tidak sprit pd orng dwsa. Shg digunakan bbrp criteria utk menegakkan diagnose, diantaranya berat badan,batuk lbh 3 mgg, tes tuberculin, rwyat kontak,foto rontgen,demam,pembesaran kelenjar,yg kemudian digunakan scoring.
Tp seringkali pd kenyataannya,dokter hanya menentukan diagnose berdsrkan foto rontgen paru tanpa tes tuberculin. Pdhal foto thorax pd anak sulit utk diindentifikasi,krn gambaran yg tdk begitu khas, dan seringkali mirip dgn kelainan paru lainnya.
Kira2 apa yg akan tjd pd anak kita, hrs meminum obat TB sekian lama,pdhal sbnarnya tdk terkena TB?
Pengobatan TB sbnarnya mudah dilakukan kalau memang anak tersebut positif terkena TB paru. Pemerintah sdh menyediakan dalam bentuk paket pengobatan baik berupa Kombipak maupun FDC, yg dpt diperoleh scra gratis di tempat pelayanan kesehatan, bhkan dipuskesmas, di daerah sgt terpencil sekalipun. Saya PTT selama lbh dari 2 thn di desa Tumbang Sangai,kabupaten Sampit,kalteng. Disana tidak ada foto rongent maupun tes tuberculin. Jd kami sebagai dokter benar2 dituntut utk mendiagnosa scra klinis berdasarkan scoring criteria di atas. Begitu byk kasus yg dijumpai disana, dan begitu byk pula yg ‘drop out’. Ini tantangan bagi kita, bagaimana menyakinkan orangtua dan keluarga bhwa penyakit ini bisa sembuh dgn pengobatan yg baik dan teratur. Tugas kita memperkenalkan penyakit ini dengan benar,bkn lagi menggunakan istlah ‘flek paru’ atau apapun,tp gunakan istlah TB paru/TBC, utk memulai menghilangkan paradigma yg salah ttg penyakit ini. Sehingga TB paru bukan lagi menjadi hal yang memalukan. This is our job!!!

19 Maret 2009



bayi ini lahir cukup bulan secara fisiologis. tp trnyata tidak terjadi penutupan tengkorak kepala. Ada yg mau comment kira2 knp ya???

SETIA PADA SUARA HATI

Judul diatas diambil penulis untuk menggambarkan bhwa betapa suara hati seorang Prof(emeritus)Dr dr Anna Alisjahbana,SpA benar2 telah membuat beliau mampu menghadapi segala kesulitan dan tantangan dalam memperjuangkan kecintaaan beliau terhadap anak. Dalam artikel Kompas tgl.16 maret ini disebutkan, bhwa dokter anak ini betul-betul menyadari bhwa perkembangan seorg anak dimulai sejak dari dalam kandungan. Hal ini diawali dari ketertarikan beliau pada cacat bawaan yg deteksinya harus pada kehamilan, tepatnya saat beliau mjd Kepala Bagian Neonatologi, punya intensive care unit,tetapi karena teaching hospital, hanya peduli pada 10 persen bayi, bagaimana sisanya?
Menurut beliau, slama ini pemerintah hanya memperhatikan masalah pendidikan anak, tanpa memperhatikan early learning yang berhubungan dgn perkembangan anak. Anak yg tdk berkembang dgn baik, maka tdk akan bisa mengikuti pendidikan dgn baik. Dalam golden period, tumbuh kembang anak, yakni usia nol smpai tiga thn,bisa smpai enam thn, otak sdg berkembang pesat, shg sgt responsif thdp stimulus.

The reality


what do you think 'bout this picture???are they happy?look at their face!!what can you see there?
jgn tll dihebohkan dgn polemik puyer,yg msh blm jelas,n blm ada bukti real nya. Ada hal2 yg lbh penting,yg real,yg sehrsnya jd pemikiran kita brsma,tp kdng kita sngja menutup mata dan telinga.

18 Maret 2009

klo aku ditanya 'what is your motivation to be a pediatrician?' aku cuma bisa jwb, ya krn aku suka anak2, menikmati saat2 menerima px anak, tapi trnyta jwban itu gak memuaskan bagi beberapa org. knp ya?pdhal mnrtku, itu hal prinsip pd saat kita memilih sesuatu, yaitu ngerasa nyaman n menikmati sesuatu itu. sempat sebel jg si,wkt tes reguler yll, 3 konsulen mntertawakan alasanku itu. apalg mnrt mrka aku kan blm punya anak, kok bisa blng alasan itu. apa mrka pikir alsan yg tepat adl krn dokter anak dikalimantan msh krng??atau alsan yg tepat adl krn motivasi benefit??bagiku kedua alsan itu adl alasan terakhir aku memilih pediatri. walau dokter anak diklimantan byk,atau walaupun dokter anak udah gak laku lg krn byk saingan, aku akan tetap memilih pediatri, krn memang aku menikmati n menyukai 'DUNIA ANAK' :)
hehe...akhirnya kesampaian jg pgn buat blog. Awalnya bingung jg buat apa si sbnarnya ni blog,tp trnyta emang asik jg punya tempat berbagi kyk gini. Mngkn ntar disini akan lbh byk ngebahas seputar kesehatan,especially 'bout pediatric,hehe..jd yg mau comment atau bertanya,silahkan lo yaaaa...