09 Desember 2009

DRAFT RENCANA PENELITIAN

Judul: HUBUNGAN WARNA PITA PADA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) DENGAN CARA PENIMBANGAN, PENYAKIT PENYERTA 3 BULAN TERAKHIR DAN SOSIAL EKONOMI ORANGTUA BALITA DI PUSKESMAS PANARUNG PERIODE PENIMBANGAN POSYANDU BULAN NOVEMBER 2009-JANUARI 2010
Oleh: dr.Dina Elizabeth Sinaga, dr.Arieta Kawengian,SpA
Kata kunci: KMS, warna pita, penimbangan
Latar belakang : Disadari secara luas bahwa krisis ekonomi berdampak negatif pada status kesehatan masyarakat, akan tetapi bukti nyata secara statistik masih perlu dikaji agar tidak terjadi kontradiksi. Kenyataannya kajian perubahan morbiditas dan mortalitas pada penduduk masih dilakukan terus menerus. Diperlukan informasi data kesehatan dengan kualitas yang baik dari sistem pelayanan kesehatan dan juga survei lainnya. Gizi berhubungan dengan makanan dan kesehatan. Salah satu golongan umur yang rawan akan masalah gizi adalah Balita. Gizi pada Balita sangat penting untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, sehingga perlu pemantauan dan pemenuhan gizi yang baik.

KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).
Berdasarkan hasil survey riset kesehatan dasar yang dilakukan pemerintah pusat pada tahun 2006 dan 2007, pelayanan kesehatan di Kalimantan Tengah (Kalteng), terburuk ke lima se-Indonesia.
"Survey riset kesehatan dasar Departemen Kesehatan pada waktu itu dilakukan secara acak di sejumlah daerah di Kalteng,". yang menjadi tolak ukur survey riset kesehatan dasar tersebut adalah program pelayanan imunisasi dan pemberian gizi terhadap anak bawah lima tahun (Balita).
Secara umum di prov kalteng, prevalensi gizi buruk 8,2% dan gizi kurang 17,0% gizi buruk dan kurang 25,2%, sedang di Indonesia masing-masing 5,4%; 13,0% dan 18,4%. Berarti melebihi target yang seharusnya. Angka-angka ini diperoleh dengan melakukan pengukuran BB/TB pada balita. BB/TB merupakan indicator yang paling baik untuk mengetahui status gizi anak, tetapi sulit manggambarkan status gizi anak sesaat. Padahal, awal dari terjadinya gizi buruk adalah penurunan berat badan atau tidak bertambahnya berat badan balita 3 bulan berturut-turut. Sehingga akan sangat efektif mendeteksinya dengan menggunakan KMS. Melalui KMS kita juga dapat mengetahui penyakit-penyakit akut pada balita yang sering menyebabkan penurunan BB, yang paling sering adalah campak, ISPA, dan diare.
Cara penimbangan yang kurang tepat oleh tenaga kesehatan, juga akan banyak mempengaruhi hasil pengukuran, disamping alat yang tidak terkalibrasi dengan baik. Menurut Satoto dkk (2002) bahwa tingkat presisi dan akurasi para kader posyandu masih rendah. Hal tersebut berdasarkan penelitian di 72 posyandu di Jawa Barat dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa hanya 30% kegiatan posyandu dilaksanakan dengan benar, 90% kader membuat kesalahan dalam penimbangan dan pencatatan sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan, presisi dan akurasi data penimbangan masih rendah. Selain itu, berdasarkan penelitian UNICEF (2002) bahwa tingkat presisi kader dalam menimbang hanya 39% dan tingkat akurasinya hanya 3 %. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh Imam Firyadi S.Sos pada 20 posyandu dari 27 posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 pada awal bulan Juni 2006, terutama di posyandu yang sudah pernah mengikuti program pelatihan kader posyandu yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tanjung Pinang dimana ditemukan beberapa fakta sebagai berikut:
1. cara penimbangan balita di posyandu tidak dilakukan sesuai petunjuk mengenai cara penimbangan yang benar, dimana hampir semua Posyandu melakukan kesalahan dalam penimbangan (misalnya, angka timbangan tidak di nolkan terlebih dahulu).
2. Buku-buku laporan posyandu tidak diisi dengan benar (lebih dari separuh posyandu).
3. Balok (SKDN), S : Jumlah balita di wilayah posyandu, K : Jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat, D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang di posyandu, N : Jumlah balita yang ditimbang dan naik berat badannya, di Posyandu lebih dari 60% tidak dibuat.
Selain itu, balita BGM juga sangat dipengaruhi oleh keadaan social ekonomi orangtua, dimana balita tersebut tinggal, dan juga penyakit yang menyertai balita.
Melihat fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, karena gizi buruk dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini balita BGM melalui evaluasi warna pita KMS.
Tempat penelitian: posyandu yang termasuk dalam wilayah puskesmas Panarung, Palangka Raya. Puskesmas ini mempunyai 26 posyandu yang semuanya aktif berjalan. Puskesmas ini juga mencakup wilayah masyarakat dengan keadaan social ekonomi yang majemuk, sehingga diharapkan dapat menggambarkan keadaan wilayah setempat. Selain itu, peneliti mempunyai keterbatasan waktu karena penelitian ini dikerjakan sambil bekerja di instansi lain, sehingga membutuhkan puskesmas yang dapat terjangkau dengan mudah oleh peneliti, agar dapat memudahkan dalam pengumpulan data.
Rumusan masalah umum: Adakah hubungan warna pita KMS dengan cara penimbangan, penyakit penyerta 3 bulan terakhir dan social ekonomi orangtua pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
Rumusan masalah khusus:
1. Adakah hubungan warna pita KMS dengan 9 cara penimbangan yang benar pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
2. Adakah hubungan warna pita KMS dengan penyakit campak 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
3. Adakah hubungan warna pita KMS dengan penyakit ISPA 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
4. Adakah hubungan warna pita KMS dengan penyakit diare 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
5. Adakah hubungan warna pita KMS dengan pendidikan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
6. Adakah hubungan warna pita KMS dengan pekerjaan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
7. Adakah hubungan warna pita KMS dengan jumlah anggota keluarga balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?

Hipotesa:
1. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan 9 cara penimbangan yang benar pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
2. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan penyakit campak 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
3. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan penyakit ISPA 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
4. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan penyakit diare 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
5. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan pendidikan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
6. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan pekerjaan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
7. Ada hubungan antara warna pita KMS dengan jumlah anggota keluarga balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010

Tujuan umum: untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan cara penimbangan, penyakit penyerta 3 bulan terakhir dan social ekonomi orangtua pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan 9 cara penimbangan yang benar pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
2. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan penyakit campak 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
3. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan penyakit ISPA 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
4. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan penyakit diare 3 bulan terakhir pada balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
5. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan pendidikan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010
6. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan pekerjaan orangtua balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
7. Untuk mengetahui hubungan warna pita KMS dengan jumlah anggota keluarga balita di puskesmas Panarung periode penimbangan posyandu bulan November 2009-januari 2010?
Waktu penelitian: bulan desember 2009-januari 2010

Metode: jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini diambil secara acak, semua balita yang datang ke posyandu yang mempunyai KMS dan sudah melakukan penimbangan rutin selama 3 bulan berturut-turut terhitung minimal mulai bulan November 2009 sampai dengan januari 2010. Data diperoleh secara sekunder dan primer, melalui metode dokumentasi, wawancara, dan pengamatan cara penimbangan balita.

Criteria inklusi:
1. Orangtua yang bersedia menjadi obyek penelitian
2. semua balita yang mempunyai KMS yang datang ke posyandu wilayah PKM Panarung, dan mempunyai catatan KMS sejak bulan November 2009
kriteria eksklusi:
1. orangtua menolak menjadi obyek penelitian
2. balita yang tidak/belum memiliki catatan KMS sejak November 2009
3. balita yang datang penimbangan ke posyandu tetapi berasal dari luar wilayah PKM Panarung

Analisis data:
1. Analisis univariat: menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variable. Data dideskripsikan dalam bentuk grafik, table dan narasi
2. Analisis bivariat: digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua variable, menggunakan uji Chi-square
Variable bebas: cara penimbangan(menggunakan 9 langkah penimbangan yang benar atau tidak), penyakit penyerta(campak, ISPA, diare), social ekonomi(pendidikan, penghasilan per bulan, jumlah anak dalam keluarga)
Variable tergantung: warna pita KMS(di bawah garis merah atau di atas garis merah)